Kategori Produk
- akhlak (2)
- akidah (3)
- Fikih (1)
- Ibadah (11)
- Keluarga (11)
- Manhaj (5)
- Pakaian Muslim (1)
- Pakaian Muslimah (1)
- Pendidikan Anak (7)
- Sirah (1)
- SPONSOR (1)
- Thibun Nabawi (1)
KAMI MENYAPA ANDA
tokoassiddiq@rm13
Suatu hari di sebuah rapat penting yang diadakan oleh suatu departemen sebuah institusi pemerintah se JATENG di wonosobo, di hadiri oleh para karyawan perwakilan dari SPSI dan perwakilan dari perusahaan. Kebetulan saya pada waktu itu ikut hadir bukan sebagai pembicara bukan pula sebagai anggota SPSI, bukan pula dari mewakili perusahaan. Bingung kan? ;). Yang jelas saya hadir gitu saja, dan ini ceritanya.
Sewaktu rapat sedang berlangsung peserta di sebelahku yang umurnya kira-kira tiga puluh tahunan, dengan santainya menyalakan rokok, menghisapnya dan tanpa rasa bersalah apalagi berdosa, mengepulkan asapnya semau perutnya sendiri. Saya bertahan dan bersabar dengan sedikit menyingkir ke samping. Saya tunggu-tunggu kapaaan selesainya nih orang merokok, eee ladalah... ternyata gak habis-habis tuh rokok, hampir lima belas menitan kira-kira ia mengepulkan asap beracun di sampingku, bajuku jelas sudah bau asbak. Perutku mual bau asap, dan perasaankau jengkel. Anehnya meski si perokok sudah melihat reaksiku yang anti asap rokok, ia pun tetap tidak perduli. Ia tetap mengepulkan asapnya bak lokomotip kereta api berbahan bakar batu bara. Bush-bush-bush begitu (kalau ada suaranya).
"Benar-benar keterlaluan nih orang!" Gerutuku dalam hati.
Dengan bismillahirrahmanirrahim, yap! aku nekad aku harus bicara,nyala rokok masih lama, meski sudah habispun kemungkinan orang ini akan menyalakan rokok lainya lagi. Ya rokok masih ada sekitar setengah bungkus dipajang di atas meja tepat depan ia duduk. Dengan cara baik-baik, bahasa dan nada yang sopan dan juga denganpenuh kelembutan, saya beranikan untuk bicara,;"Mas tolong kalau rokoknya dimatikan dulu bagaimana..".
Apa jawabnya? Hayo tebak coba pembaca sekalian.
"Enak aja kamu kalau ngomong! Rokok rokok sendiri beli pakai uang sendiri, kok anda main nglarang".
"E,e,e,e... hati-hati kalau bicara ya, saya ngrokok gak minta uang sama kamu..., kalau kamu gak suka... pergi sana! Menyingkir dari mukaku!
"Kalau kamu gak suka, kamu yang minggir mas! Bukan saya yang harus mematikan rokok!"
Seperti diatas jawabanya? Tidak para pembaca, semua yang ada di alinea merah bukan jawaban yang saya dapatkan, tetapi boleh jadi anda akan mendapat jawaban seperti diatas, jika melakukan pelarangan orang yang merokok di dekat anda. Lalu apa yang akan anda lakukan jika di jawab seperti di alenia merah di atas? Saya harap anda menyiapkan jawabanya, jika anda di jawab seperti alinea merah di atas, atau lebih kejam lagi. Silahkan diskusikan sama teman anda sendiri atau istri anda sebelum tidur, daripada ghibah ya kan? Hah apa? Anda juga perokok? Bukan ya, anda tentu bukan perokok, sekarang dan yang akan datang, yang sudah ya sudah, barokallahufiikum.
Tetapi pembaca sekalian saya mendapati jawaban yang tidak beda menyakitkanya daripada jawaban di atas, mau tahu jawabanya? Betul mau tahu? Yah, jawabanya begini; " Kalau gak buat beli rokok uangnya mau buat apa?" Begitu ya persis begitu jawabanya wallahua'lam.
Tanpa banyak pikir aku segera njawab;" Ooo, ya sudah".
Pembaca yang budiman sebenarnya banyak argumentasi yang bisa saya lontarkan untuk membantah kata-kata lemah bahkan lebih lemah dari sarang laba-laba diatas. Tetapi mengingat waktu itu saya berada di forum terhormat, forum umum dan dihadiri banyak orang penting jadi saya cuma menjawab sekilas saja;" Ooo,ya sudah" begitu. Demi maslahat yang lebih banyak begitu kata pak Ustadz.
Anda mau tahu sebenarnya apa sih pekerjaan orang yang sombong tadi? Pembicara? Pengusaha? Bukan ia adalah peserta mewakili buruh pabrik saja. Berapa gajinya? Ya pembaca tahu sendirilah, tidak akan lebih dari lima juta. Bahkan jauh di bawahnya barangkali. Jadi kalau dikatakan; "Kalau bukan buat rokok mau buat apa uangnya?", ini semata-mata jawaban karena sikap menolak nasehat, bukan karena benar-benar ia berhamburan uang, boleh jadi ia dirumah juga kekurangan uang dan biasanyanya kenyataanya seperti itu, wallahua'alam.
Terus-terus kalau ada orang merokok dan kita disampingnya bagaimana...
Demikian apa yang bisa saya sampaikan, mudah-mudahan bermanfaat. Dapatkan gratis buku Bahaya Merokok Setiap pembelian buku dengan pembayaran Rp50.000,00 ke atas, di Toko Assiddiq selama persediaan masih ada, buku Bahaya Merokok yang ditulis oleh seorang ulama ahlussunnah,Syaikh Utsaimain. Berisi bahaya merokok dari segi kesehatan serta hukumnya dalam Islam, sejarah merokok, mengapa rokok pada awalnya di makruhkan saja dan kemudian menjadi diharamkan, tips-tips dahsyat berhenti merokok dsb.
Sewaktu rapat sedang berlangsung peserta di sebelahku yang umurnya kira-kira tiga puluh tahunan, dengan santainya menyalakan rokok, menghisapnya dan tanpa rasa bersalah apalagi berdosa, mengepulkan asapnya semau perutnya sendiri. Saya bertahan dan bersabar dengan sedikit menyingkir ke samping. Saya tunggu-tunggu kapaaan selesainya nih orang merokok, eee ladalah... ternyata gak habis-habis tuh rokok, hampir lima belas menitan kira-kira ia mengepulkan asap beracun di sampingku, bajuku jelas sudah bau asbak. Perutku mual bau asap, dan perasaankau jengkel. Anehnya meski si perokok sudah melihat reaksiku yang anti asap rokok, ia pun tetap tidak perduli. Ia tetap mengepulkan asapnya bak lokomotip kereta api berbahan bakar batu bara. Bush-bush-bush begitu (kalau ada suaranya).
"Benar-benar keterlaluan nih orang!" Gerutuku dalam hati.
Dengan bismillahirrahmanirrahim, yap! aku nekad aku harus bicara,nyala rokok masih lama, meski sudah habispun kemungkinan orang ini akan menyalakan rokok lainya lagi. Ya rokok masih ada sekitar setengah bungkus dipajang di atas meja tepat depan ia duduk. Dengan cara baik-baik, bahasa dan nada yang sopan dan juga denganpenuh kelembutan, saya beranikan untuk bicara,;"Mas tolong kalau rokoknya dimatikan dulu bagaimana..".
Apa jawabnya? Hayo tebak coba pembaca sekalian.
"Enak aja kamu kalau ngomong! Rokok rokok sendiri beli pakai uang sendiri, kok anda main nglarang".
"E,e,e,e... hati-hati kalau bicara ya, saya ngrokok gak minta uang sama kamu..., kalau kamu gak suka... pergi sana! Menyingkir dari mukaku!
"Kalau kamu gak suka, kamu yang minggir mas! Bukan saya yang harus mematikan rokok!"
Seperti diatas jawabanya? Tidak para pembaca, semua yang ada di alinea merah bukan jawaban yang saya dapatkan, tetapi boleh jadi anda akan mendapat jawaban seperti diatas, jika melakukan pelarangan orang yang merokok di dekat anda. Lalu apa yang akan anda lakukan jika di jawab seperti di alenia merah di atas? Saya harap anda menyiapkan jawabanya, jika anda di jawab seperti alinea merah di atas, atau lebih kejam lagi. Silahkan diskusikan sama teman anda sendiri atau istri anda sebelum tidur, daripada ghibah ya kan? Hah apa? Anda juga perokok? Bukan ya, anda tentu bukan perokok, sekarang dan yang akan datang, yang sudah ya sudah, barokallahufiikum.
Tetapi pembaca sekalian saya mendapati jawaban yang tidak beda menyakitkanya daripada jawaban di atas, mau tahu jawabanya? Betul mau tahu? Yah, jawabanya begini; " Kalau gak buat beli rokok uangnya mau buat apa?" Begitu ya persis begitu jawabanya wallahua'lam.
Tanpa banyak pikir aku segera njawab;" Ooo, ya sudah".
Pembaca yang budiman sebenarnya banyak argumentasi yang bisa saya lontarkan untuk membantah kata-kata lemah bahkan lebih lemah dari sarang laba-laba diatas. Tetapi mengingat waktu itu saya berada di forum terhormat, forum umum dan dihadiri banyak orang penting jadi saya cuma menjawab sekilas saja;" Ooo,ya sudah" begitu. Demi maslahat yang lebih banyak begitu kata pak Ustadz.
Anda mau tahu sebenarnya apa sih pekerjaan orang yang sombong tadi? Pembicara? Pengusaha? Bukan ia adalah peserta mewakili buruh pabrik saja. Berapa gajinya? Ya pembaca tahu sendirilah, tidak akan lebih dari lima juta. Bahkan jauh di bawahnya barangkali. Jadi kalau dikatakan; "Kalau bukan buat rokok mau buat apa uangnya?", ini semata-mata jawaban karena sikap menolak nasehat, bukan karena benar-benar ia berhamburan uang, boleh jadi ia dirumah juga kekurangan uang dan biasanyanya kenyataanya seperti itu, wallahua'alam.
Terus-terus kalau ada orang merokok dan kita disampingnya bagaimana...
- Jika anda yakin mampu dan akan mendatangkan manfaat yang lebih baik, larang dia supaya jangan merokok, ini khusus untuk orang-orang yang ada dalam kekuasaan anda misalnya, adik anda, anak anda, karyawan anda di perusahaan anda, atau sejenisnya.
- Jika anda yakin mampu melarang tanpa mendatangkan kejelekan yang lebih banyak, anda tegur dia, supaya jangan merokok atau menyingkir dari anda dan menjauh kalau merokok, kalau perlu sambil dinasehati.
- Jika kondisinya seperti saya pada kisah nyata di atas, diruang rapat dimana anda tidak kenal orang tersebut, sementara anda juga tidak memungkinkan untuk pindah tempat duduk, atau semisal itu seperti di bis umum, kereta api dsb maka cobalah ditegur dengan cara baik-baik dengan risiko teguran anda digubris atau bahkan di cemooh. Gak paapaa namanya juga usaha. Lakukan dengan cara baik-baik. Bagaimana jika diam saja? Karana kalau negur kemungkinan gak diterima teguranya, lagi pula mau negur juga gak berani. Ya anda beresiko asap yang sudah masuk mulut bau nya si perokok atau keluara lewat hidung kotor nya si perokok. Pelan tapi pasti anda akan menghisapnya dan sebagian menempel didinding saluran napas anda akibatnya jika sering melakukan tindakan model kayak gini paling tidak ya paru-paru anda yang kena. Kalau saya mending pindah tempat duduk, pilih berdiri di bis Mas.
- Jika kondisi seperti no tiga di atas sementara anda bisa cari tempat lain, jika anda melihat kondisi orangnya, kok kelihatanya orang ini kalau di tegur bisa berhasil maka tegurlah dan jika berhasil anda tetap bisa duduk disitu sambil bincang-bincang amar makruf nahi munkar atau hal baik lainya. Namun jika tampaknya orangnya kok sombong dan nampak seperti itu, pakai atribut-atribut kefasikan maka menyingkir sajalah anda tentu lebih aman.
- Sebenarnya siapakah sebenarya yang harus menyingkir saat orang mau merokok? Yang di sebelah perokok atau orang yang hendak merokok tersebut? Yang Harus Menyingkir adalah Si Perokok, jika ia orang beradab. Namun karena tidak semua perokok memiliki adab-adab merokok yang baik dan diantara mereka juga tidak mengetahui hal ini maka kaidah dan tips 1-5 ini silahkan anda pakai.
Demikian apa yang bisa saya sampaikan, mudah-mudahan bermanfaat. Dapatkan gratis buku Bahaya Merokok Setiap pembelian buku dengan pembayaran Rp50.000,00 ke atas, di Toko Assiddiq selama persediaan masih ada, buku Bahaya Merokok yang ditulis oleh seorang ulama ahlussunnah,Syaikh Utsaimain. Berisi bahaya merokok dari segi kesehatan serta hukumnya dalam Islam, sejarah merokok, mengapa rokok pada awalnya di makruhkan saja dan kemudian menjadi diharamkan, tips-tips dahsyat berhenti merokok dsb.
Cara Order
Kirim email ke tomygumilar@yahoo.co.id atau sms ke no. 081334427229 sertakan jenis order anda (nama barang/kode barang, nama anda, email anda dan no. telp).Berita Terbaru
Produk Populer
-
Buku Iqra (Dijamin Asli!) Cara Cepat Belajar Membaca Alqur’an dilengkapi Juz ‘Amma dan Terjemahannya Penulis : KH. As’ad Humam Pe...
-
Tuntunan Shalat Jum’at Hukum, bid’ah dan tanya jawab seputar shalat Jum’at Penulis : Muhammad Nashiruddin Al Albani Penerbit : Gem...
-
Akhirnya Aku Tinggalkan Dakwah Ikhwanul Muslimin Penulis : Faishol bin Abduh Qo’id Al Hasyidi Penerbit : Maktabah Al-Ghuroba, Ke...